Kamis, 26 Januari 2012

Ya.. Aiyuha..


Al-Qur’an adalah sumber segala ilmu. Dari sisi manapun, bisa dikaji. Dari sisi kebahasaan, misalnya, Al-Qur’an adalah kitab induk ilmu nahwu. Ingin belajar Al-Qur’an, dalami bahasa arab. Dari sisi aturan dalam rumahtangga, Al-Qur’an adalah rujukan utama bagi keluarga yang mendambakan kebahagiaan dunia akhirat. Adab-adab menuntut ilmu, adab kepada orang tua, dan lain sebagainya ada dalam Al-Qur’an. Panduan hidup 24 jam, juga telah diatur dalam Al-Qur’an.
Pembaca budiman, kami akan mencoba mengkaji Al-Qur’an dari sisi dimana Allah menyapa para hamba-hamba-Nya. Dalam Al-Qur’an, ada tiga kelompok besar ummat manusia yang sering dipanggil oleh Allah. Walaupun ada banyak panggilan-panggilan lain, akan tetapi hanya yang tiga inilah yang paling dominan. 

Yang pertama adalah panggilan untuk manusia secara manusia secara umum. Yaa ayyuhan naas, wahai sekalian manusia. Kalau kita membuka Al-Qur’an maka di ayat 21 dari surat Al-Baqarah kita akan menemukan disana panggilan pertama Allah kepada manusia secara keseluruhan. Panggilan pertama ini, mengajak semua manusia untuk menyembah kepada-Nya. Untuk beribadah kepada-Nya. Ini sejalan dengan tujuan utama penciptaan manusia sebagai Abdullah, sebagai Abdi. Seruan Allah di ayat ini, tidak lepas dari jasa Allah yang telah menciptakan manusia itu sendiri.
Seruan kedua untuk manusia kebanyakan adalah untuk memakan makanan halal danb baik-baik yang ada dibumi. Dan dilanjutkan dengan larangan untuk mengikuti langkah-langkah syaithon. Berarti secara tidak langsung, melalui ayat ini Allah menghimbau kita untuk mencari kerjaan yang halal dan baik. Karena profesi itu berhubungan dengan apa yang akan kita makan.
Kalau kita membuka terus lembar demi lembar Al-Qur’an,  maka kita akan mendapati bahwa akhir dari panggilan Allah untuk seluruh manusia adalah di surat Al-Hujurat:12. Dimana Allah mengingatkan kita tentang asal mula manusia yang satu. Yaitu dari seorang nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah dan istrinya Siti Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam a.s.
Yang kedua, adalah panggilan untuk orang-orang kafir dan orang-orang munafiq. Sebenarnya hanya sedikit panggilan untuk orang-orang kafir. Tetapi karena banyaknya perumpamaan-perumpamaan atau ayat-ayat yang Allah buat tentang orang-orang kafir. Maka untuk sementara bisa disimpulkan bahwa orang kafir cukup mendominasi dalam Al-Qur’an.
Belum lagi realita yang ada sekarang, bahwa salah satu kelompok besar manusia didunia ini adalah orang-orang kafir.
Yang ketiga, adalah seruan untuk orang-orang yang beriman, yaa ayyuhalladzina amanuu. Ini lebih spesial lagi. Kalau kita ada waktu untuk menghitung panggilan-pangggilan Allah untuk orang-orang beriman, maka kita akan menemukan ada sekitar 89 kali panggilan yaa ayyuhalladzina amanuu.
Seruan pertama untuk orang-orang beriman terdapat disurat Al-Baqarah: 104. Dimana pada ayat ini, Allah melarang kita untuk mengatakan roo’ina, tetapi ganti dengan unzurna. Sebenarnya artinya sama, tetapi kata roo’ina, diplesetkan orang-orang yahudi untuk mengejek nabi Muhammad SAW.
Menarik untuk dibahas pada ayat larangan ini kata-kata laa taqul. Ini bisa bermakna jangan bilang sembarangan! Mengapa? Sebab ternyata dan memang demikian adanya, bahwa ada sebagian perkara-perkara yang bisa berubah status hanya dengan kata. Status seorang kafir langsung berubah muslim ketika dia telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Begitu pula seorang wanita yang masih haram bagi seoranglaki-laki, menjadi halal ketika dia telah mengucapkan, “saya terima nikahnya fulanah binti fulan dengan mahar seekor nyamuk tunai”. Dan beragam contoh-contoh lain.
Realita hari ini, kebanyakan dari orang-orang yang mengaku telah beriman justru melanggar ayat larangan ini. Banyak diantara kita sembarang bicara, tanpa mau tahu apa yang sedang dibicarakan. Apakah menyinggung perasaan orang atau menyakitkan, dan sebagainya. Begitu pula masih banyak yang suka berdusta. Padahal mengaku orang beriman!
Bukan hanya ayat ini. Tetapi di ayat-ayat yaa ayyuhalladzina amanu yang lain, ketika Allah melarang atau menganjurkan bahkan memerintah kita untuk melakukan sesuatu, kita langgar dan enggan mengerjakannya. Naudzubillah. Setidaknya, hanya ada satu ayat yang kita berbondong-bondong melakukannya, yaitu berpuasa.
Pembaca budiman, Allah mengakhiri seruan-Nya untuk orang beriman dengan sebuah perintah untuk segera bertaubat, dengan taubat yang nasuha. Sebelumnya, Allah menyaru kita untuk menjaga minimal diri dan keluarga api neraka. Dua ayat ini terletak di surat terakhir juz 28.
Setelah ayat-ayat panggilan untuk orang beriman berakhir di perintah untuk bertaubat, Allah kemudian hanya memberikan dua pilihan kepada kita, yaitu surga dan neraka. Mau bertaubat, insya Allah surga. Kalau sebaliknya, malaikat Malik menunggu kita di pintu neraka. Naudzubillah min dzalik.
Mengapa? Silahkan pembaca membuka, membaca dan mentadabburi ayat-ayat setelah surat At-Tahrim. Insya Allah pembaca akan menemukan bahwa ayat-ayat terakhir dari Al-Qur’an banyak bercerita tentang negeri abadi, negeri akhirat. Dimana disana hanya ada dua tempat tinggal; surga dan neraka. Allahumma inna nasalukal jannah wa naudzubika minannar, amin. Wallahu a’lam bishshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar